Friday, March 18, 2011

Perdagangan Internasional

Dalam bisnis internasional, tidak dapat dipisahkan dengan perdagangan internasional. Bisa dikatakan bahwa perdagangan internasional adalah bagian dari bisnis internasional. Perdagangan internasional sudah dilakukan sejak zaman 200 Masehi dimana terjadi perdagangan teh, kuda dan budak antara China dengan beberapa negara lain di Asia Tenggara dan Eropa[1]. Tetapi dalam masa sekarang, skala yang terlibat perdagangan internasional sangat besar. Pada masa dulu, perdangangan internasional hanya sebatas barang mentah seperti teh, pada masa sekarang perdagangannya sebagai barang jadi seperti boneka ataupun mobil, jumlahnya pun juga semakin banyak. Ini tidak lepas dari kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan apa yang diinginkan manusia juga semakin kompleks. Setiap negara melakukan perdagangan ini untuk memenuhi strateginya atau tujuan militer, selain itu juga bisa dikatakan bahwa perdagangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri suatu negara yang tidak mampu dipenuhi suatu negara, atau jika mampu memproduksinya, biaya produksi akan lebih mahal dibandingkan dengan membeli dari negara lain, sehingga suatu negara akan memilih untuk membeli dari negara lain daripada memproduksi sendiri. Bahkan sebuah negara yang mengaku isolasionisme seperti Korea Utara juga melakukan perdagangan internasional karena Korea Utara tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan negaranya sendiri, sehingga harus melakukan perdagangan dengan negara lain. Negara-negara yang melakukan perdagangan ini pada akhirnya akan membentuk pasar.

Pada pasar ini terjadi tukar menukar barang, jual beli barang, adanya konsumen dan produsen. Hal ini sebanding dengan permintaan yang semakin meningkat. Adanya perdangan internasional ini juga memunculkan spesialisasi industri. Seperti yang diungkapkan oleh para ekonom bahwa international trade as the natural corollary of countries specializing in production[2]. Spesialisasi industri disini dilakukan karena dalam memproduksi suatu barang, belum tentu sebuah negara akan mampu membuatnya utuh lengkap dengan komponen-komponennya, atau bahkan akan lebih menghemat biaya jika merakitnya di negara tujuan ekspor. Seperti yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia yang terdapat pabrik perakitan mobil dan motor sebuah merk kendaraan ternama. Komponen-komponennya didatangkan langsung dari negara asal, tetapi dirakit di Indonesia dengan menggunakan tenaga ahli dan pekerja Indonesia. Hal ini dilakukan karena akan lebih menghemat biaya dibandingkan dengan mendatangkan kendaraan utuh yang sudah jadi ke Indonesia. Hal ini akan berimbas pada harga jual produk tersebut. Ini dibuktikan dengan mobil yang dirakit di Indonesia seperti Toyota Kijang memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan mobil CBU (completely built up) yang didatangkan utuh dalam bentuk mobil ke Indonesia. Sehingga orang yang membeli mobil CBU ini hanya orang-orang yang mempunyai banyak uang, bahkan dalam hal suku cadang, akan lebih mudah untuk mendapatkan suku cadang Toyota Kijang dibandingkan mobil CBU, maka orang yang akan membelinya akan benar-benar memastikan mempunyai uang yang cukup atau tidak untuk merawat mobil CBU. Inilah mengapa dilakukan spesialisasi industri, karena spesialisasi industri membuatnya menjadi lebih efisien[3].

Dalam melakukan perdagangan internasional, setiap negara memiliki spekulasi. Spekulasi disini merupakan bentuk gambling suatu negara. Mengapa dikatakan gambling? Ini karena setiap negara yang akan berinvestasi di negara lain akan mempertimbangkan untung ruginya dalam melakukan investasi. Hal ini wajar dilakukan karena setiap negara atau perusahaan atau bahkan perorangan yang akan berinvestasi dan berbisnis pasti menginginkan terjadinya balik modal. Bukan keuntungan dulu yang dicari, tetapi yang pertama diinginkan adalah balik modal. Seperti yang sudah penulis tuliskan dalam review sebelumnya bahwa dalam mempertimbangkan melakukan investasi, terdapat beberapa hal, diantaranya kondisi ekonomi dan politik suatu negara. Ini bisa penulis artikan bahwa, negara, perusahaan atau individu mana yang mau melakukan investasi di negara yang kondisi politik dan ekonominya tidak menentu? Karena jika suatu negara tetap memaksakan untuk berinvestasi di negara yang tidak menentu kondisi ekonomi dan politiknya, akan terjadi kemungkinan tidak balik modal. Jangankan memperoleh keuntungan, memperoleh balik modal saja akan sangan sulit.

Menurut penulis, perdagangan internasional merupakan suatu bentuk kebutuhan dasar manusia dimana manusia mengingingkan banyak barang tetapi belum tentu mampu memenuhinya sehingga dilakukanlah perdagangan. Perdagangan internasional juga semakin maju dari waktu ke waktu. Setiap negara menginginkan adanya kemudahan dalam berdagang. Penulis menganggap free trade merupakan salah satu bentuk kemudahan yang dibentuk negara-negara. Karena dalam free trade, barang yang masuk dalam suatu negara dikenakan pajak yang rendah bahkan mungkin bebas pajak. Hal ini akan berpengaruh pada harga jual barang yang lebih murah. Seperti yang terjadi di Indonesia. Indonesia mengadakan perjanjian perdagangan dengan China, dimana barang produksi China dikenakan pajak yang rendah sehingga harganya lebih murah dibandingkan barang produksi negara lain bahkan produk lokal. Sehingga barang produksi China semakin banyak beredar di pasaran Indonesia. Karena setiap individu menginginkan harga barang yang lebih murah dibandingkan yang lainnya karena uang yang dihemat dengan membeli barang yang lebih murah, dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.

Sumber:

Borland, Jeff. 2008. Microeconomics Case Studies and Aplication. South Melbourne: Cengage Learning Australia.



[1] Jeff Borland. 2008. Microeconomics Case Studies and Aplication. South Melbourne: Cengage Learning Australia. p.99

[2] Ibid. p.99

[3] Ibid. p.99

No comments:

Post a Comment