Friday, March 18, 2011

Transisi Ekonomi dalam Bisnis Internasional

Perusahaan-perusahaan multinasional tidak bisa lepas kaitannya dengan adanya bisnis internasional. Hal ini karena pelaku dari bisnis internasional salah satunya adalah perusahaan multinasional atau Multinational Corporation (MNC’s). Salah satu dari perusahaan multinasional yang paling terkenal dan sukses dalam bidang restoran siap saji adalah McDonald’s. Perusahaan McDonald’s ini mampu mengembangkan perusahaanya di berbagai negara di dunia. Salah satunya adalah di Rusia pada tahun 1988 yang pada saat itu masih bernama Uni Soviet[1]. Masuknya McDonald’s ke Uni soviet ini membuat perusahaan-perusahaan lain mencontoh bagaimana perubahan ekonomi di suatu negara memerlukan peran perusahaan untuk memahami bisnis yang dijalankan dalam pasar lokal[2].

Masuknya McDonald’s ke Uni Soviet pada saat itu juga masih mengalami hambatan yang membuat McDonald’s pada saat itu sulit berkembang di Uni Soviet. Hambatan ini salah satunya adalah ketersediaan bahan baku yang menjadi standar McDonald’s sangat kurang, tetapi McDonald’s yang mengimpor bahan baku dari AS justru dipersulit oleh Uni Soviet. Hal ini dilakukan karena Uni Soviet pada saat itu yang masih berbentuk negara komunis sehingga segala hal bahkan kegiatan ekonomi sangat diatur oleh negara, sehingga kegiatan mengimpor sangat dibatasi. Menurut penulis hal ini dilakukan oleh Uni Soviet untuk membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi masyarakat Uni Soviet. Karena jika McDonald’s mengimpor bahan bakunya, tidak akan ada lapangan pekerjaan baru bagi rakyat Uni Soviet, yang ada hanya pekerjaan di McDonald’s yang kebanyakan hanya menjadi karyawan menengah kebawah. Maka hal ini disiasati oleh McDonald’s dengan mengadakan pelatihan bagi petani dan peternak Uni Soviet sehingga McDonald’s mendapat pasokan daging, keju, sayuran, dan sebagainya dari produk lokal sehingga lapangan pekerjaan pada akhirnya juga terbuka lebar bagi rakyat Uni Soviet.

Sekitar tahun 1990, dimana pada masa akhir perang dingin, Uni Soviet runtuh karena berbagai hal yang terjadi sehingga terjadi krisis ekonomi dimana kegiatan ekonomi tidak berjalan dengan baik. Presiden Boris Yeltsin yang pada saat menjadi presiden Rusia, mengeluarkan kebijakan ekonomi radikal yang membawa sistem baru pada perbankan, keuangan dan finansial[3]. Kebijakan ini dilakukan untuk menstabilkan kembali perekonomian Rusia. Lalu pada tahun 1994 pemerintah mengadakan program privatisasi dan perubahan besar nilai mata uang Rusia yang berpengaruh pada exchange rate reform. Hal ini harus dilakukan untuk mengatasi tingkat inflasi yang tinggi dan banyak perusahaan yang terancam bangkrut.

Dari apa yang terjadi pada McDonald’s di Uni Soviet sampai menjadi Rusia dapat dijadikan pelajaran bahwa dalam mengembangkan perusahaan sampai ke luar negeri harus dipertimbangkan kesejahteraan, pendapatan, stabilitas, tingkat kemiskinan dan dinamika politik dan ekonomi[4].

Berbagai faktor ini harus dipertimbangkan dengan baik supaya usaha yang dijalankan dapat terus berjalan dan menghasilkan profit yang optimal. Jika suatu negara memiliki dinamika politik dan ekonomi yang tidak stabil, maka akan membuat perusahaan multinasional ini berpikir panjang untuk melakukan investasi. Jika memaksakan melakukan investasi, bisa saja akan menjadi investasi yang sia-sia karena jika terjadi kekacauan politik yang berimbas pada kekacauan ekonomi, investasi yang telah ditanamkan akan hilang dengan bangkrutnya perusahaan dan tidak berjalannya usaha yang dijalankan.

Meskipun begitu terdapat hambatan perusahaan untuk menaksir potensi ekonomi suatu negara. Hambatan tersebut adalah tidak adanya skema yang pasti dalam menaksir potensi ekonomi suatu negara. Hambatan ini dikarenakan dua hal. Yang pertama adalah sulit untuk menyebutkan definitif set pada indikator ekonomi yang mampu memberi prediksi yang akurat mengenai potensi ekonomi suatu negara. Kedua adalah dalam menyebut satu set estimator maka akan muncul tantangan baru yang berasal dari elemen-elemen dalam lingkungan ekonomi[5]. Elemen-elemen yang dimaksud dalam hal ini adalah pendapatan nasional dan produk domestik bruto (GDP). Pendapatan nasional merupakan pendapatan yang dihasilkan dari produk domestik dan nilai dari barang-barang produksi dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun. Sedangkan GDP merupakan nilai produksi barang dan jasa dalam satu tahun dalam satu wilayah, barang yang dihasilkan dari perusahaan asing maupun domestik. Sehingga bisa dikatakan bahwa pendapatan nasional adalah hasil dari GDP dan pendapatan yang dihasilkan dari ekspor-impor dan operasi internasional[6].

Dari sistem ekonomi yang ada, dapat dikatakan dapat menentukan siapa yang mendominasi dalam faktor produksi dan harga dan jumlah barang dan jasa. Dalam pasar ekonomi murni, jumlah barang dan jasa dihasilkan oleh negara, bukan oleh pihak lain. Tetapi harga dan jumlahnya berasal dari banyaknya permintaan dan penawaran yang muncul dari pasar. Lalu dalam ekonomi komando murni, pemerintah mengatur penuh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dan juga harganya. Sehingga kedua ekonomi ini jika digabungkan akan menjadi ekonomi campuran dimana pemerintah dan swasta mengatur jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dan juga harganya, selain itu pemerintah dan swasta bekerjasama dalam aktifitas investasi dan konsumsi individu sehingga dapat terjadi keseimbangan dalam pasar karena terjadi kerjasama antara pemrintah dan swasta.

Sumber:

John J. Wild, Kenneth L. Wild & Jerry C. Y. Han. 2008. International Business: the Challenges of Globalization. New Jersey: Pearson Prentice Hall.



[1] John J. Wild, Kenneth L. Wild & Jerry C. Y. Han. 2008. International Business: the Challenges of Globalization. New Jersey: Pearson Prentice Hall, p. 114.

[2] Ibid. p. 114

[3] Ibid. p. 115

[4] Ibid. p. 116

[5] Ibid. p. 118

[6] Ibid. p.119

No comments:

Post a Comment