Monday, February 4, 2013

Review Buku : Gajah Mada Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara





Seri kedua dari novel Gajah Mada ini berjudul Bergelut dalam Kemelut Antara Tahta dan Angkara. Tokoh sentral dalam novel ini masih Gajah Mada yang pada saat itu telah naik jabatan menjadi Patih di Daha. Setting waktunya adalah 9 tahun sejak pemberontakan yang dilakukan Ra Kuti berakhir. Seperti yang sudah diceritakan di novel sebelumnya, Rakrian Dharmaputra Winehsuka yang dipimpin oleh Ra Kuti melakukan tindakan makar untuk merebut tahta Raja Jayanegara. Diakhir cerita para anggota Rakrian Dharmaputra Winehsuka selain Ra Tanca tewas pada saat pasukan Bhayangkara yang dipimpin Gajah Mada melakukan pembalasan untuk merebut kembali tahta yang direbut oleh Ra Kuti. Ra Tanca sendiri menyerah selanjutnya dia mendapatkan pengampunan dari Raja Jayanegara dan menjadi tabib kepercayaan istana.

9 tahun setelah pemberontakan Ra Kuti berhasil ditumpas, kondisi Raja Jayanegara yang sedang sakit dimanfaatkan oleh Ra Kuti untuk membunuh Raja Jayanegara melalui racun yang disebut obat oleh Ra Tanca. Racun yang diberikan oleh Ra Tanca langsung bereaksi sehingga membuat Ra Tanca mati di tangan Gajah Mada. Dengan meninggalnya Raja Jayanegara yang tidak mempunyai anak, maka terjadi kekosongan kekuasaan di Majapahit. Penerus tahta kerajaan bisa diberikan kepada dua adik perempuan Jayanegara, yaitu Bre Kahuripan atau Bre Daha. Tetapi ternyata, suami yang dimiliki oleh Bre Kahuripan dan Bre Daha memiliki rahasia-rahasia tersendiri yang membuat kaget kalangan istana sehingga membuat keadaan istana sangat panas dihiasi oleh pembunuhan-pembunuhan yang terus menghantui Majapahit. Kali ini lagi-lagi Patih Daha Gajah Mada berhasil mengungkap rahasia-rahasia yang disembunyikan oleh kedua Raden, suami dari Bre Daha dan Bre Kahuripan sehingga memberikan pandangan yang membuat para ibu Ratu –ibu Raja Jayanegara, juga ibu dari Bre Daha dan Bre Kahuripan- bisa memutuskan akan memberikan tahta kerajaan kepada yang paling tepat.

Novel ini membuat saya seperti tidak mau berhenti membaca karena jalan cerita yang detail membuat saya semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Meskipun begitu saya sudah mengira-ngira tentang adanya fitnah yang dilakukan oleh salah satu pihak dari orang yang berada di belakang salah seorang raden dari suami Bre Daha ataupun Bre Kahuripan. Penggambaran terhadap kejadian juga sama seperti novel sebelumnya, sangat detail sehingga imajinasi saya melayang membayangkan apa yang sedang terjadi seperti saya melihatnya sendiri.

Sama seperti novel sebelumnya, ada beberapa kaya dan kalimat yang beberapa kali terus diulang-ulang meskipun tidak sebanyak di novel sebelumnya. Oh ya, di novel ini, sudah dilengkapi oleh footnote sehingga kata-kata yang perlu diterangkan sudah disampaikan di footnote dan beberapa nama juga disertai dengan footnote untuk memberikan penjelasan dengan lebih gamblang.

Hanya ada satu hal yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana mungkin sandi Bagaskara Manjer Kawuryan yang pada saat pemberontakan Ra Kuti hanya diketahui oleh Ra Tanca dan Gajah Mada, kali ini kata sandi itu disebutkan oleh Gajah Enggon, seorang anak buah sekaliagus teman Gajah Mada di pasukan Bhayangkara? Bagi pembaca yang mengetahui jawabannya, tolong beritahu saya karena itu pertanyaan saya setelah selesai membaca novel ini.

By the way, karena saya membaca novel yang pertama dan kedua ini dalam bentuk e-book sehingga saya berada di depan laptop berjam-jam lamanya dan melupakan banyak hal, saya memutuskan untuk berhenti sejenak sebelum melanjutkan novel yang ketiga. Saya harus menyelesaikan banyak keperluan sebagai syarat kelulusan saya dari tempat saya kuliah. Jadi mungkin review untuk buku yang ketiga akan sangat lama munculnya :)

1 comment: