Wednesday, May 8, 2013

Di Dalam Bis Kota

Sejak saya sudah tidak kos lagi dan tinggal dirumah salah satu saudara sepupu jika saya pergi ke Surabaya, saya jadi sering sekali naik bis kota dari Terminal Bungurasih ke Terminal Joyoboyo dan begitupun sebaliknya, karena rumah saudara saya itu lebih mudah dicapai dengan naik bis dari Malang ke Bungurasih lalu naik bis kota ke Joyoboyo lalu naik angkot lagi menuju daerah Wiyung. Agak ribet memang dibandingkan saya dulu yang tinggal naik kereta dari stasiun Singosari ke stasiun Gubeng lalu jalan kaki atau naik becak untuk menuju ke kosan. Ya namanya juga perubahan, ada enaknya ada enggaknya :3

Betewe, saya ingin menceritakan tentang sesuatu yang terjadi di dalam bis kota dari Bungurasih menuju Joyoboyo dan sebaliknya. Tiap saya naik bis kota itu, selalu ada anak remaja tanggung, dibilang anak-anak mereka bukan anak-anak lagi, dibilang remaja juga belum bisa dibilang begitu. Jadilah remaja tanggung, begitu saya menyebutnya. Remaja tanggung ini, kadang sendirian, kadang berdua, ikutan naik lalu membagi-bagikan sebuah amplop  yang ada tulisannya seperti dibawah ini.



Dari ini saja bisa dilihat bahwa ini pasti ada yang mengkoordinir. Sudah bukan rahasia lagi sih kalo anak jalanan atau pengemis seperti ini pasti ada yang mengkoordinir. Cuma saya miris sekali liatnya. Remaja tanggung yang harusnya sekolah, yang di jam-jam yang harusnya dia sekolah, malah naik bis satu ke bis yang lain untuk meminta-minta seperti ini yang uangnya nanti akan disetorkan kepada koordinator, mungkin sebutannya "bos" saya sendiri g tau sebutan untuk mereka apa. Memang sih mereka g sekedar membagi-bagikan amplop dan meminta kembali dengan harapan amplop tersebut sudah terisi, yang kenyataannya, jarang sekali amplop tersebut terisi, karena ya itu tadi, kebanyakan orang sudah tau kalau itu hanya kedok untuk mendapatkan uang dengan memanfaatkan orang lain. Ya Cuma tulisannya aja kayak gitu, kenyataannya sih g begitu.

Remaja tanggung ini, setelah membagi-bagikan amplop, dengan berbekal kicrikan atau hanya tepukan tangan menyanyikan lagu yang g jelas apa lagunya. Keliatan banget kalo g niat, saya sih sebagai penumpang bis, kalo ada pengamen yang lagunya enak dan niat untuk mengamen, g segan untuk membagi uang receh yang saya punya. Kalo model remaja tanggung gini, yang bagi-bagi amplop lalu nyanyi dengan g niat gitu saya sih malas ngasihnya.

Saya jadi ingat mengenai dulu saya pernah menemani belajar anak panti asuhan, mereka sudah dapat tempat tinggal, sekolah dibiayai, ya intinya mereka tinggal sekolah yang bener, belajar yang rajin, tapi kenyataannya mereka malah malas-malasan. Meskipun begitu, mereka ngangeni sekali, mereka juga pada akhirnya mau belajar meskipun sedikit dipaksa. Beda sekali dengan remaja tanggung yang saya maksudkan dari awal, mereka putus sekolah, hidup di jalanan, dan kalaupun tulisan yang ada di amplop itu benar, pada akhirnya mereka mencari uang sendiri untuk sekolah, beda dengan anak-anak panti asuhan yang sekolah pun sudah dibiayai oleh yayasan. Mungkin mereka harus melihat fenomena remaja tanggung ini supaya mereka menjadi sadar dan akhirnya belajar dengan rajin dan mengejar cita-cita mereka.

Saya jadi ingat ada sebuah pasal di UUD 45 yang menyatakan, anak jalanan atau anak terlantar adalah tanggung jawab pemerintah. Pasal berapa ya ? lalu aplikasi dari pasal itu apa ? hmmmm

1 comment: